Selasa, 30 Juni 2015

Sumbangan Pembangunan Mesjid

Ketukan pintu dan suara salam dari luar mengagetkanku. Ternyata, seorang laki-laki yang masih tetangga rumah datang mengantarkan 2 lembar kertas. Awalnya saya kira undangan,  gak taunya surat edaran pemberitahuan. 

Isi dari pemberitahuan tersebut adalah, bahwa mesjid terbesar di lingkungan perumahan kita akan diperbesar. Rencananya akan dibuat 2 tingkat, dengan rincian biaya terlampir. Biaya total hampir 1 Milyar, dengan sumber dana dari sumbangan donatur Timur Tengah, kemudian bantuan dari Bazis, dan dari 650 KK muslim yang tinggal di perumahan ini. Besaran sumbangan per KK sebesar 500 ribu rupiah, yang kemudian bisa dicicil, bisa 2 kali atau 3 kali.

Pulau Lombok selain sebagai destinasi wisata, juga dikenal dengan julukan "Negeri 1000 Mesjid". Ya.. karena di pulau ini anda akan temui banyak mesjid - mesjid megah dengan arsitektur modern, bukan hanya di kota, bahkan sampai di pelosok-pelosok. Bahkan tidak jarang akan ditemui 2 mesjid megah yang saling berdampingan hanya dipisahkan oleh jalan raya.

Begitulah, masyarakat Pulau Lombok memang terkenal sangat religius.  Pengaruh dari organisasi Islam Nahdhatul Wathan yang cukup besar melatar belakangi hal tersebut. Mungkin sebagian besar orang terutama yang muslim, melihat fenomena ini adalah bagian dari kebesaran Islam. Dari sisi simbolisasi, mungkin ada benarnya, tapi bagaimana dari segi proses dan prakteknya ?

Entahlah, saya hanya seorang yang mencoba melihat dari sudut yang lain. Logikanya... mesjid yang besar tentu mempunyai jamaah yang besar pula, tapi kenyataannya tidak. Mesjid hanya ramai ketika hari Jum'at dan hari-hari besar umat Islam. Selain hari-hari itu biasanya sepi. Bahkan ada yg melaksanakan shalat Jum'at, berbagi tempat giliran. Karena jarak kedua mesjid yang berdekatan, dan mempunyai jamaah di lingkungan yang sama.

Proses pembangunan mesjid juga yang terkadang "memaksakan" diri. Jamaah di suatu lingkungan sebenarnya dengan mesjid satu lantai aja cukup, tapi ada prestise tersendiri jika membangun mesjid 2 lantai. Akibatnya, membengkak dana pembangunan yang tentu saja tidak bisa hanya bersumber pada "patungan" para jamaahnya. Oleh karena akhirnya mengandalkan para pengendara yang lewat, atau membuat proposal sumbangan-sumbangan kepada penduduk daerah lain, yang kadang sampai jauh dari wilayah pembangunan mesjid itu sendiri.

Tak adakah cara yang lebih elegan, yang sifatnya tidak meminta-minta ?? Bisakah membangun mesjid menggunakan prinsip-prinsip efisiensi, dan kaidah keteknisan sipil? Sehingga perencanaan pembangunannya sesuai dengan keperluan jumlah jamaahnya, bukan hanya sekedar mengejar gengsi, prestise, dan simbolisasi belaka.

Seharusnya semua bisa, andai saja umat Muslim bisa tidak terbelenggu akan kebanggaan mayoritas saja.

Mie Goreng Dokdok


Bulan Ramadhan ini tahun ini bikin irama hidup jadi berubah. Yang biasanya tidur malam jam 11, sekarang dari awal Ramadhan hingga saat ini hari ke-13 ... jadi sering larut lebih dari tengah malam. Bisa dibilang setengah begadanglah, soalnya ... ujung2nya ya tidur juga, walaupun cuma 1 atau 2 jam, karena harus bangun sahur.

Dan.. salah satu efeknya adalah .. ya laper ditengah malam. Padahal dah makan 2 jam sebelumnya.  Okee.., apa makanan yang ga bisa bikin kenyang, tapi tetep bisa ngilangin laper ?? Hehehe.. it's easy, kalo orang yang sering begadang pasti dah pada tau... yaitu MIE.

Nah, malam inilah rasanya timbul... pengen makan mie. Favorit yang pasti ya MIE GORENG. Dan dari semua Mie Goreng yang pernah kucoba.. tetep aja kembali pada satu merk, ya.. buatan Indofood itu.

Dulu, ada yang namanya Mie Goreng Duo, tapi sekarang entah kemana. Isinya sih emang banyak.. tapi rasanya bikin enek. Trus ada Mie Goreng S**ap. Ahh... yang ini malah tambah aneh, walaupun dikasih potongan yang "kriuk...kriuk". Dan mie goreng laennya. Sebenarnya ada yang nyaingin rasa enaknya.. yaitu Mie Goreng Dokdok. Cuma di Mataram ga ada yang jual. Cuma ada di Tangerang ..ya mungkin daerah laen ada, tapi baru rasa yang ada di Tangerang.

Mie Goreng Dokdok, itu cuma sebutan ku aja. Dokdok adalah sebangsa kentongan, yang terbuat dari Bambu atau kayu yang dipukul. Nah.. si penjual ini menjajakan dagangannya sambil memukulkan "dokdok" ini. Menunya tidak hanya Mie Goreng aja. Masih ada Nasi Goreng dan Mie rebus. Semuanya enak. Jadillah saya menyebut semua  menu nya dengan menambahkan "dokdok" .. Nasi Goreng Dokdok, Mie Kuah/Rebus Dokdok, dan seterusnya.

Kini di Mataram.. tak ada yang namanya "Dokdok", jadi pilihannya.. ya In**mie Goreng. Bungkusnya ya yang warna putih itu.  Selain bungkus itu.. tetap kurang greget. soo.... Let's  eat

Sabtu, 27 Juni 2015

Ke Sukabumi-Cianjur Dengan Kereta Api

Akhir bulan Desember 2014, ada tugas menghadiri seminar di Bogor. Kesempatan ini  tak disia-siakan untuk mencicipi perjalanan ke arah selatan dari Bumi Pakuan dengan menggunakan Kereta Api.

Pecel Bunga Kecombrang Dalam Kereta

Gaya Baru Malam Selatan memasuki Stasiun Kroya, menjelang akhir senja. Dengan segera, para pedagang beramai-ramai, memasuki kereta.

"Klanting...Klanting!"
"Peceeeel...Peceeelll!"

Penjaja pecel 

Perut ku memang terasa lapar, seketika itu juga kupanggil tukang pecel.

"Buuu...pecelnya, bu!"
"Iya mas..sebentar"
"Berapa satu porsi, bu?"
"Tiga ribu rupiah aja..mas,kalo tambah bakwan ma peyek lima ribu rupiah "
" Ya udah.. saya pesan yang lima ribu rupiah, biar kenyang"

Sekilas saya melihat potongan-potongan daun berwarnamerah muda. Biasanya, kalo pecel cenderung berwarna hijau. Ini warna sangat mencolok sekali, sehingga membuat penasaran.

"Ini apa bu ?"
"Ooo..ini bunga kecombrang mas"
"Kecombrang ? Apa itu bunga kecombrang bu?"
"Bunga Kecombrang itu bunga teratai ..mas "
"Ohh.. enak to bu?"
"Ya dicoba aja mas..biar gak penasaran"

Pecel bunga kecombrang


" Ini mas ..pecelnya"
"Makasih ya bu..ini duitnya"

Saking laparnya sudah tidak sabar makan pecel. Langsung saja kulahap, tanpa perduli sekitar yang masih riuh rendah dengan suara para pedagang. Seketika ada rasa dan aroma yang sangat kuat didalam mulut. Berbeda dengan pecel kebanyakan, mungkin inilah rasa dari bunga kecombrang. Kuambil lagi satu sayatan, tanpa dicampur dengan sayuran lainnya. Positif....ini rasa bunga kecombrang. Baru kali ini merasakan pecel dengan sensasi yang berbeda. Mak nyuuusss... kata Bondan Winarno.

Bunga Teratai
Bunga kecombrang adalah bunga teratai. Ya..Teratai yang itu, yang hidup diatas air.Tak pernah kuduga bahwa, bunga yang indah berwarna merah muda itu bisa dimakan. Selama ini memang makan pecel isinya, ya beraneka macam sayuran, dicampur tempe, bakwan, dan peyek. Tapi ini, dengan bunga kecombrang bikin sensasi yang berbeda. Unik dan sangat enak...

Tapi sekarang jika naik kereta, kenangan ini tidak akan pernah ada lagi. Seluruh stasiun merupakan daerah terlarang untuk pedagang asongan. Setiap kereta berhenti, akan terasa sepi. Tak ada lagi kegaduhan, tak ada lagi kuliner khas tiap daerah yang dilewati kereta. Dan...hal seperti ini yang aku rindukan. Ya .. pecel bunga kecombrang sudah membuat kenangan yang dalam dihati.




Episentrum

"Ma...ayo, Ma...nanti kita ke Matahari ya Ma !"
"Iya..nak, nanti..biarkan mama selesaikan pekerjaan ini dulu.

Pinta seorang anak yang berusia sekitar 9 tahun, setelah menerima raport kepada ibunya. Matahari bukanlah matahari yang bersinar menyinari bumi, tapi merupakan salah satu department store, yang baru saja berdiri di kota Mataram ini. Bagi warga di kota besar seperti Jakarta, Bandung ataupun Surabaya, Matahari Dept. Store bukan merupakan nama yang asing. Fashion adalah jualan utama dari perusahaan ini.

Kota Mataram merupakan salah satu destinasi wisata. Sebagai ibukota dari Propinsi Nusa Tenggara Barat, sudah selayaknya memang kota Mataram memiliki pusat keramaian publik. Pusat perdagangan modern di kota Mataram cuma ada satu  yaitu, Mall Mataram. Dan pertengahan Juli nanti akan bertambah lagi yaitu Mall Episentrum atau Lombok Epicentrum Mall. dan salah satu booth nya yaitu Matahari sudah berdiri.

Matahari Dept. Store
Begitu antusiasnya warga kota menanti berdirinya Mall ini, Bahkan walaupun baru ada Matahari Dept. Store, penduduk tetap berdatangan, walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja. 

Lombok Epicentrum Mall

Tak dipungkiri bahwa munculnya pusat perdagangan modern, menjadi salah satu motor serta indikator pergerakan ekonomi kota. Hanya saja dari sisi lain, bisa dilihat seberapa besar konsumtifnya penduduk kota.  Ada kesan mempunyai derajat sendiri jika membeli barang di mall dibandingkan di pasar tradisional, dan para pembeli tersebut harus membayar lebih untuk sebuah nama "gengsi". 

Emang gengsi itu mahal harganya ........ 

Rabu, 24 Juni 2015

Penguasa Jalan

"Arrrgghhhh... " Nyaris saja, mobilku menyerempet seorang ibu-ibu yang mengendarai motor. Dengan membonceng seorang anak didepan dan dibelakang, si Ibu tersebut memotong jalur dengan arah lampu sein yang dia nyalakan tanpa menghiraukan apapun kendaraan yang ada dibelakangnya. Tapi untung saja, kecepatan mobil dalam keadaan rendah, sehingga bisa dikendalikan. Akhirnya saya tegur si Ibu tersebut, tapi apa yang terjadi, justru yang melotot malah si Ibu tersebut (Weehh..)

Sebenarnya, perilaku serampangan seperti ini bisa berlaku pada siapapun, tidak perduli dia ibu-ibu, atau anak gadis, bapak-bapak atau pria lajang, wanita atau laki-laki, dan lainnya sehingga tidak memandang gender dan usia apapun. Tapi entah kenapa, setiap keadaan begini, saya selalu mengalaminya dengan ibu-ibu dibandingkan dengan bapak-bapak. Dan ini tidak hanya saya sendiri yang mengalaminya, ternyata beberapa teman lain pun, dalam situasi tertentu, ya juga mengalami hal yang sama dengan saya. Bahkan dalam lingkup yang lebih luas didunia maya, mengakui, memang ibu-ibu yang mengendarai motor, seringkali bertindak ceroboh. 

Apakah ini menjadi suatu pola tertentu ?? Entahlah, tidak ada satupun ahli yang meneliti ini, atau mungkin belum meneliti fenomena ini. Kadang saya pribadi mengambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan sebenarnya wanita itu sudah menjadi kodratnya menjadi manusia yang peragu. Karena ketika dikasih jalan, dia malah diam, eh.. pas kita mau jalan, dia juga jalan..(xixixi). Makanya dalam cakupan luas, wanita tidak cocok sebagai pengambil keputusan, (hehe..itu pendapat pribadi). Atau, mungkin, sudah menjadi tanggung jawab laki-laki, yang harus selalu membonceng wanita ....(hahaha)

Disiplin berlalu lintas, di Indonesia menjadi hal yang sering menjadi trendi dikalangan media sosial. Seseorang mampu mendokumentasikan kelalaian lalulintas, kemudian diunggah di media sosial, dengan tujuan untuk memberikan pealajaran kepada netizen yang lainnya, dan tanggapan komentarnya pun pastilah sangat banyak. Tapi lucunya, kadang yang mengunggahpunn lalai dalam menaati peraturan lalulintas.

Disiplin merupakan kata kunci, ketika seseorang mampu mendisplinkan diri, maka ketika berada dimanapun, baik di jalanan ataupun di suatu tempat, maka dengan mudah segala peraturan akan ditaati. Bagaimana membentuk karakter disiplin ?? Tentunya harus dengan pembiasaan-pembiasaan dari hal-hal yang kecil dilakukan sehari-hari. Sulit ? Ya sudah pasti, tapi harus terus dicoba, kalau tidak, apapun peraturan yang dibuat, akan menjadi percuma.


-------------



                  .


Jumat, 12 Juni 2015

BORDES

Tahukah anda, yang paling mengasyikkan ketika naik kereta api ? Anda pergi ke bordes, berdiri di dekat pintu, tangan berpegangan pada pintu, dan menghirup hembusan angin yang bercampur dengan asap bau solar kereta api. Kegiatan itu adalah hal  wajib jika saya naek kereta, dan sudah berpuluh tahun saya melakukan itu. Walaupun saya dapat tempat duduk, saya lebih pilih  berdiri di bordes dan saya tawarkan kepada orang lain, tempat duduk saya. Entahlah, rasanya gak puas aja kalau hanya melihat dari jendela aja.
Saat itu, tiket tanpa tempat duduk masih berlaku. Lucunya, saya justru berharap untuk mendapat tiket tanpa tempat duduk dibandingkan, dapat tempat duduk (..!!). Dan begitulah... bordes adalah tempat favorit saya. Oya, bagi yang belum tau BORDES, Bordes itu adalah bagian ruang antara sambungan kereta, dan di Bordes juga toilet berada.
Bunyi berisik, dan gemeretak suara roda kereta, bagi sebagian orang seperti TOA murahan, yang bikin berisik, tapi tidak bagi saya. Malahan terdengar seperti irama musik.(edan... gak?l haha)
Tapi itu dulu. Sekarang yang namanya nge-Bordes dilarang. Sangat dilarang. Katanya bisa menimbulkan resiko kecelakaan. Ya.. bisa saja terjatuh. Hmm... memang ada benarnya, tapi ya itu, pemandangan lebih luas dan puas adalah lewat bordes.
Saat ini seluruh rangkaian kereta adalah AC, dengan tempat duduk yang dibuat pas sesuai dengan tiket. Tak ada tiket berdiri. Tak ada pedagang yang boleh masuk rangkaian.  Dilarang merokok .. dan...bla...bla...bla, segudang larangan yang dibuat untuk mengubah citra kereta api.
Sejujurnya...ya, kereta api telah berubah, lebih nyaman, lebih bersih, tapi serasa ada yang hilang. Tak ada riuh rendah, tak ada suara berisik tukang dagang. Terlalu sepi. Istilah kerennya sih 'soul'nya dah hilang. Ciri khasnya dah tidak ada.
Tapi bagaimanapun, saya tidak setuju kalau harus balik lagi ke jaman dulu. Karena saya yakin, yang merasakan kenikmatan naik kereta seperti saya juga tidak banyak. Dimana suara berisik tukang dagang, dan roda kereta adalah sesuatu yang unik. Bau asap kereta, sudah seperti parfum. (Haha..). Dan alasan lainnya adalah, saya sudah tinggal didaerah yang tidak ada jalur kereta. Jadi, cukup pasrah aja dengan perubahan ini, demi kebaikan orang banyak.(hahaay..)
Gerung..

Rabu, 10 Juni 2015

HORMAT

Suatu ketika, sebuah pernyataan mengejutkan dari seorang Menteri Agama tentang masalah hormat-menghormati bagi yang akan melaksanaka ibadah, dan bagi yang tidak. Sebenrnya, ini bukan persoalan, tapi, menjadi sebuah persoalan besar dibumbui dengan intrik-intrik politik dan sifat keegoan yang cenderung ke arah fanatisme buta. Menteri Agama- Lukman Hakim Syaifudin- membuat pernyataan di Twitter, yang mengatakan bahwa, ketika puasa warung tidal perlu menutup, silahkan saja terbuka dan berjualan seperti apa adanya. Dan bagi yang berpuasa diharapkan meng-HORMATI yang tidak puasa untuk melakukan segala aktivitasnya. 

Jegeerrr... kata "MENGHORMATI" ini menjadi dasar perdebatan. Indonesia adalah mayoritas Islam, so pasti, yang menjalankan ibadah puasa ramadhan pasti banyak.. (*katanya) . Begtu kata "MENGHORMATI"  tertulis, sebagian muslim merasa tersinggung, dan pertanyaan yang paling umum adalah, Mengapa kami (umat muslim) yang mayoritas harus "MENGHORMATI" yang tidak melakukan ibadah (minoritas) ???

Sebenarnya, masalah buka tutup warung di bulan puasa adalah bagian dari ETIKA. Bagi saya sendiri, yang namanya ETIKA, berkaitan dengan hati nurani dan semangat toleransi INDIVIDU. Ingat... kata kunci adalah hati nurani dan toleransi individu. Dalam Al-Quran sendiri, ibadah puasa tidak pernah melarang atau menghalangi umat beragama lain untuk menutup warung, atau bahkan warungnya tidak tutup tapi dibuat "tertutup" sehingga aktivitas apapun tidak terlalu mencolok perhatian luar.

ETIKA itu menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi NORMA, kemudian menjadi HUKUM, yang mempunyai sanksi. Masalah warung... belum sampai menjadi HUKUM, tp sudah mencapai NORMA. Apa buktinya?? Beberapa tahun kebelakang berita FPI dan ormas Islam lainnya, menghiasi berita-berita di bulan Ramadhan. Mereka yang tidak menutup usaha warungnya akan dipaksa untuk menutup.   Bahkan dilakukan dengan cara kekerasan. Artinya apa ?? Awalnya ini adalah bagian dari TOLERANSI,  yang kekuatannya ada pada kerendahan Individu atau personalitas pribadinya. Kalau individu tersebut paham, maka dengan segala kerendahan  hatinya,  maka dia akan berusaha untuk turut membantu umat muslim menjalankan ibadahnya.  Tapi kalaupun tidak,  seharusnya tidak menjadi masalah, karena sebenarnya, itu adalah bagian dari ibadah puasa kita. Seberapa besarkah niat anda berpuasa untuk mencari pahala ?? Bukankah semakin besar ujian puasa, semakin besar pula makna dan pahala yang kita dapat ??  Jadi.. menutup atau tidak menutup, sebenarnya umat lain yang tidak berpuasa mempunyai peran dalam menentukan pahala puasa kita.  Dan seharusnya, kita berterima kasih kepada mereka. Betul gak ??

Kalau begitu, bisa jadi Puasa Sunnah pahalanya lebih besar dari Puasa Ramadhan ?? Kenapa enggak ?? Tapi masalah hitung2an pahala..adalah hak prerogatif Allah SWT. Kalo kita melakukan ibadah dengan baik, Insya Allah. ..ganjaran pahalanya juga setimpal .

Jadi intinya...apa yang dikatakan Pak Menteri Agama adalah sesuatu yang wajar dan biasa saja. Janganlah umat muslim menjadi terlalu "sensi" dengan kata "hormat". Kalau kita meyakini bahwa umat Islam adalah Rahmatan lil' Alamin, maka aplikasikanlah kedalam kehidupan yang penuh warna ini, jangan menunjukkan superioritas dengan keegoan dan fanatisme. Yakin lah.. bahwa kalau mengandalkan  egoisme s dan fanatisme, maka cenderung akan merusak agama itu sendiri.

Marhaban Yaa Ramadhan ...

Sabtu, 06 Juni 2015

TULUS

Ya... namanya Tulus, orangnya putih rambutnya agak keriting pendek. Dia merupakan anak dari paman,  dari keluarga istri ku. Bapaknya adalah seorang penjual bakso, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Tinggal di Ampenan, di kawasan kampung nelayan dan masih dikawasan pesisir. 

Hidupnya cukup sederhana, bahkan teramat sederhana, dengan 3 bersaudara, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Tapi walaupun mereka tinggal di daerah Kampung Nelayan, yang aromanya amis, kemudian kumuh, namun sosok Tulus beserta adik-adiknya mempunyai badan yang bersih-bersih. Bahkan putih, ngalahin warna kulit yang nulis blogger ini.

Pertama kali bertemu tentu saja setelah saya menikah dengan istri saya. Ketika itu SMA kelas 2, dan bersekolah di sekolah favorit seluruh kota Mataram, mungkin seluruh  provinsi NTB, yaitu SMA Negeri 1 Mataram.  Sekolah favorit disana, bisa merupakan suatu kebanggan, bisa juga merupakan suatu beban. Karena yang namanya favorit, tentu saja membutuhkan tambahan lebih,terutama masalah biaya.

Dengan latar belakang yang bisa dikatakan tidak mampu, dia terus berjuang agar tetap bisa menyelesaikan sekolah dengan baik. Ketika bertemu, orangnya pendiam,  tak banyak berkata apapun walau hanya sekedar basa basi. Tapi, dibalik itu sebenarnya ada potensi yang terpendam. Dia cukup pintar, bahkan menurut penuturan orang tuanya, dia selalu mendapat rangking di kelasnya. Bahkan dia dikatakan beruntung menyelesaikan sekolahnya, karena banyaknya beasiswa yang dia dapat. Ya..hanya dengan cara itulah dia bisa bertahan di sekolah tersebut.

Lingkungan yang sebenarnya bukanlah lapisan bagi "golongan"nya, tetapi harus bisa beradaptasi dengan baik bagaimanapun caranya. Kemudian pada akhirnya, di akhir tahun ajaran dan merupakan tahun terakhir masa sekolahnya di SMA, dia datang kepada saya, meminta nasehat, pendidikan apa yang harus saya tempuh, karena dia bertekad untuk melanjutkan pendidikan namun tidak ingin memberatkan orangtua juga. Sebagai anak pertama, dia sadar bahwa dirinya menjadi contoh bagi adik-adiknya. Karena kalau dia maju, maka adik-adiknya diharapkan terpancing juga ikut maju.

Gambaran inilah yang mengingatkan diri saya sendiri.  Saya menemukan diri saya pada Tulus ini. Apa yang dia rasakan, saya sangat memahaminya, karena inilah gambaran saya pada saat sekolah dulu. SMAN 2 Tangerang, sekolah yang megah, merupakan salah satu favorit di kota Tangerang juga. Ketika itu saya merupakan lulusan satu-satunya yang diterima di sekolah tersebut.  Dari sebuah SMP yang mungkin "antah berantah" bagi kaum pelajar kota Tangerang.  Tak ada teman yang kenal, tak ada kawan yamg cukup dekat,  sangatlah berat untuk beraktualisasi dan beradaptasi. Tahun-tahun pertama  sekolah disana dipenuhi jiwa yang labil. Semua kebanggaan yang didapatkan ketika masa SMP, seketika menjadi runtuh. Peringkat terakhir, adalah peringkat yang cukup membuat diri "shock" berat. Tak ada yang boleh menghinakan saya seperti ini. Taka ada yang berhak menjatuhkan saya seperti ini, itulah geram ku pada saat itu.

Beruntunglah, walaupun mendapat peringkat terakhir, jurusan SMA saya adalah Biologi,  kenapa beruntung ??? Karena semua pelajaran yang bernama hapalan, sepertinya menjadi momok berat bagi otak saya, kecuali untuk Pengetahuan Umum. 

Begitulah, sampai pada akhirnya, saya lalui SMA dengan "apa ada"nya.  Tak ada romantika, tak ada warna warni, karena fokus pada satu tujuan, wajib lulus dengan predikat yang baik. Latar belakang kesulitan ekonomi pada waktu itu juga yang membuat, niat tetap  tak berubah.

Walhasil, akhirnya lulus, walaupun bukan yang terbaik, tapi tetap membanggakan, karena perjuangan untuk membangkitkan dari yang tadinya terpuruk, cukup berat.

Aku lepas semua peluang untuk dapat masuk IPB dari jalur khusus  (dulu namanya PMDK) , aku relakan untuk tidak ingin  mencoba ataupun ikut UMPTN, tapi yang aku incar adalah kuliah yang berikatan dinas. Dari mulai STAN, AIS (sekarang STIS),  Akademi Penerbangan PLP Curug (skrg STIP) , STPDN, AMG  dan lain sebagainya, semua dicoba. Semuanya gagal, hingga terus mencoba pada tahun berikutnya.  Dan terakhir adalah Akademi Teknik  Elektromedik, dan disinilah berhasil. Walaupun bukan Ikatan Dinas, tapi sepertinya ada prospek.

Itulah yang aku sampaikan pada dia, pilihlah kuliah yang ikatan dinas. Kemudian beberapa hari kemudian orang tuanya minta tolong kepada saya, untuk membantu Tulus, karena dia sangat kuat ingin kuliah. Saya tawarkan untuk mencoba di Tangerang, ikut dengan keluarga saya. Biar ongkos perginya ke Tangerang saya yang tanggung. Tapi saya katakan kepada orangtuanya, saya tidak berjanji apapun, saya hanya memberikan jalan, mudah-mudahan ada rejeki disana.

Itulah dia, seorang yang pendiam, tidak suka berbasa basi, tidak pernah melemparkan candaan, jarang tersenyum, harus jauh dari orang tuanya. Niat sudah bulat, cita-cita menjadi tujuan utama, dan jalanpun sudah terhampar.

2 tahun di Tangerang, ikut dengan keluarga saya, pahit manis dia rasakan. Mungkin banyakan pahitnya dibandingkan manisnya, karena bagaimanapun, dia berada jauh dari keluarganya.  Dia telah mencoba segala test masuk, namun apa daya,  rejeki belum berpihak kepadanya. 2 tahun adalah waktu yang cukup untuk kembali pulang, karena bagaimanapun, tak banyak yang bisa dilakukan diperantauan jika tidak mempunyai bekal yang cukup.

Dan, dia kembali pulang, dia berbeda. Ya ..Tulus berbeda. Dia banyak bicara, banyak bercerita, banyak tertawa. Bukan Tulus yang dahulu, yang pendiam, yang kaku, yang tak kan menyapa kalau tidak disapa. Yang masih menjadi beban saya, dia belum membuktikan dirinya sukses, walaupun juga sebenarnya beban itu tidak perlu seharusnya saya tanggung.

Dia kembali pulang, menjalani kehidupannya dengan caranya sendiri. Tekadnya tetap bulat, harus melanjutkan kuliah, bagaimanapun caranya. Bedanya dengan yang dulu, saat ini dia yakin. Dia tahu apa yang harus dijalanin.  Dia bekerja "part time" sebagai pelayan restoran cepat saji. Dia kumpulkan duitnya untuk biaya kuliah dan kredit kendaraan. Dan benar, dia akhirnya kuliah sampai selesai .

Awal tahun 2014,  dia mencoba lagi ujian test, kali ini adalah ujian penerimaan calon pegawai negeri sipil. Formasi yang dibutuhkan hanya 1 orang, sedangkan yang ikut seleksi mencapai 400 orang. Peluang yang sangat kecil. .... tapi ... dia berhasil lulus. Dia mengatakan bahwa ujian CPNS ini gampang, dibandingkan ketika ujian masuk kuliah ikatan dinas. Syukur ku benar-benar kupanjatkan saat itu. Hal yang selalu menjadi ganjalan, ternyata inilah hikmahnya. Bahagia sekali....sangat bahagia, karena ini momentum yang sangat baik.

September 2014, bagaikan tersambar petir, ... dia hanyut ditelan ombak di pantai Semeti,  Lombok Tengah. Tak ada airmata, tapi hati benar-benar sesak.  5 hari kemudian jasadmu ditemukan kaku. Allahu Akbar ...

Banyak orang yang merasa kehilangan mu, sangat banyaakk... . Untuk seorang remaja yang pendiam, pasti tidaklah begini efeknya. Tapi dia penuh pesona, semua temannya mengakuinya, temannya bilang, dia banyak sekali berubah, begitu hangat, begitu perhatian kepada teman.

Yaah...itulah, saya sendiri belum menemukan apapun dibalik hikmah ini. Rasa kehilangan masih terus bergelayut. Kehilangan "adik" yang sangat dibanggakan ....

Dia Tulus Sugiarto

I'm back

Wuiihh. .. ni blog ampir aja jadi "sampah" nya dunia maya. Gara2 lupa pasword, jd kgk pernah buka2 lagi. Dan tepat pada hari ini dini hari tanggal 6 Juni 2015 pukul 00 : 42, akhirnya terbuka lagi ....yiipiii

Liat2 postingan terdahulu, ternyata dari tahun 2009., berarti nyaris 6 tahun ... dah jadi "sarang laba2 "  ni blog. Emang sebnarnya bagaimanapun juga hasrat untuk mencurahkan segala sesuatu ke dalam bentuk tulisan itu selalu ada, sulit untuk dihilangkan.  Menulis status di facebook,  agak terlalu sungkan, karena dikiranya "curhat", dan dramatisir. Enggak nulis, tapi banyak poin-poin yang ingin dikomentari, atau disampaikan, ga peduli itu penting bagi orang lain atau tidak.

Sempat bikin akun di detik.com, Kompasiana, dan lain-lain. Yang terakhir mencoba masuk ke Kompasiana.  Lagi-lagi menemui jalan buntu gara-gara lupa password.  Sudah segala cara dengan menekan tombol "Lupa Password" tetap aja kagak bisa log-in, bahkan menggunakan akun G+, tetap aja nanyanya password lagi... password lagi. (*hedeeuuhh)

Kembali ke blogspot, postingan-postingan lama ternyata masih tetap awet ajah, dan kayaknya kagak ada yg baca (..haha), ya.. bodo amat sih, lagian juga sebenarnya ga ngarep-ngarep juga pengen dibaca. Postingan tentang anak ku masih kecil, padahal sekarang dah umur 9 tahun, kelas 3 SD, malah dah punya adeknya lagi.

By the way.... ada banyak emang yang pengen diceritain selama 5 tahun vakum didunia per "blogger"an, tapi pelan-pelan aja lah, capek juga nulis sedemikian banyak selama 5 tahun. Lagian sekarang mah, dah dinihari juga, dah ngantuk... mendingan tidur dulu dah, baru besok dilanjut ...

*Yes.. I'm back

................